Kerajaan Samudera Pasai

Kerajaan Samudera Pasai – Pada kesempatan sebelumnya, kita telah membahas bersama-sama mengenai sejarah Kerajaan Pajang yang terletak di Jawa Tengah. Nah, di kesempatan kali ini, kita akan membahas mengenai sejarah Kesultanan Samudera Pasai yang sangat terkenal.

Sejarah berdirinya kerajaan Islam di Indonesia ini disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah Islam dibawa oleh para pedagang yang berasal dari Arab, Persia dan India yang pada awalnya mereka hanya singgah untuk sekedar berniaga.

Namun lama kelamaan para saudagar tersebut pada akhirnya menetap dan menyebarkan agama Islam sehingga beberapa diantaranya ada yang mendirikan sebuah kesultanan Islam.

Sejarah Kerajaan Samudera Pasai

Kerajaan Samudera Pasai
Sumber Gambar: www.yuksinau.id

Kesultanan yang berdiri dari tahun 1267-1524 Masehi ini terletak di pantai utara Aceh, tepatnya di sekitar muara Sungai Pasangan (Pasai) yang terletak di antara dua kota, yaitu Samudera dan Pasai.

Meurah Silu merupakan orang yang mendirikan Kesultanan Samudera Pasai, tepatnya pada tahun 1267 Masehi. Beberapa bukti arkeologis keberadaan dari kerajaan ini adalah ditemukannya kompleks makam raja-raja Pasai di kampung Geudong, Aceh Utara.

Kompleks makam ini terletak berdekatan dengan sisa-sisa reruntuhan bangunan pusat Kerajaan Samudera di Desa Beuringi, Kecamatan Samudera, tepatnya berjarak sekitar 17 km sebelah timur Lhokseumawe.

Dari beberapa makam-makam tersebut, terdapat salah satu batu nisan yang bertuliskan nama Sultan Malik Al-Saleh, seorang raja pertama dari Kesultanan Samudera Pasai.

Sultan Malik Al-Saleh sendiri adalah nama/gelar dari pendiri kerajaan ini, yaitu Meurah Silu setelah beliau memeluk agama Islam. Beliau berkuasa dalam kurun waktu sekitar 30 tahun, tepatnya dari tahun 1267-1297 Masehi.

Samudera Pasai memiliki peran yang cukup penting dalam penyebaran agama Islam di kawasan Asia Tenggara, salah satunya adalah Malaka yang pada akhirnya bercorak Islam karena memiliki hubungan yang erat dengan Kesultanan Samudera Pasai.

Hubungan diantara wilayah tersebut semakin erat dengan adanya pernikahan antara putra-putri dari sultan di Pasai dan Malaka. Tepat di awal abad ke-15, sekitar tahun 1414 Masehi, berdirilah Kesultanan Islam Malaka yang diawali dengan pemerintahan Parameswara.

Sejarah ini terangkum dalam sejarah kerajaan-kerajaan Islam di Sumatra.

Daftar Sultan di Kerajaan Samudera Pasai

Kerajaan Samudera Pasai
Sumber Gambar: ips.pelajaran.co.id

Adapun beberapa sultan yang pernah menduduki tahta tertinggi Kesultanan Samudera Pasai adalah:

  • Sultan Malik Malik Al-Saleh. Pendiri sekaligus raja pertama di Kesultanan Samudera Pasai yang memerintah pada pada tahun 1267-1297 Masehi.
  • Sultan Muhammad Malik Az-Zahir, raja kedua Kesultanan Samudera Pasai, memerintah pada tahun 1297-1326 Masehi.
  • Sultan Mahmud Malik Az-Zahir 1326-1345 Masehi.
  • Sultan Manshur Malik Az-Zahir, memerintah pada tahun 1345-1346 Masehi.
  • Sultan Ahmad Malik Az-Zahir, menjadi raja di Kesultanan Samudera Pasai mulai tahun 1346-1383 Masehi.
  • Sultan Zainal Abidin Malik Az-Zahir, menjadi raja di tahun 1383-1405 Masehi.
  • Ratu Nahrasyiyah. Pada masa pemerintahannya, Samudera Pasai mencapai masa kejayaan, tepatnya pada tahun 1405-1420 Masehi.
  • Sultan Abu Zaid Malik Az-Zahir, memerintah pada tahun 1420-1455 Masehi.
  • Sultan Mahmud Malik Az-Zahir, beliau menjadi raja pada tahun 1455-1477 Masehi.
  • Sultan Zain Al Abidin, raja Samudera Pasai pada tahun 1477-1500 Masehi.
  • Sultan Abdullah Malik Az-Zahir. Masa pemerintahan beliau di mulai dari tahun 1500-1513 Masehi.
  • Sultan Zain Al-Abidin adalah raja terakhir di Kesultanan Samudera Pasai pada tahun 1513-1524 Masehi.

Pada masa-masa tersebut, Samudera Pasai dapat mengembangkan ajaran Islam hingga ke wilayah-wilayah seperti Minangkabau, Malaka, Jambi, Jawa, bahkan sampai di daerah Patani Thailand.

Sampai pada akhirnya Kesultanan Samudera Pasai berakhir di tahun 1524 Masehi. Di tahun tersebut, Portugis berhasil menaklukkan kerajaan ini dan menguasainya selama kurang lebih 3 tahun. Sesudah itu, Kesultanan Samudera Pasai berada di bawah Kesultanan Aceh Darussalam.

Struktur Pemerintahan Kerajaan Samudera Pasai

Kerajaan Samudera Pasai
Sumber Gambar: museumnusantara.com

Penguasa atau pimpinan tertinggi di kerajaan ini berada di tangan sultan yang memerintah secara turun-temurun.

Selain itu, terdapat pula jabatan lain di bawah sultan seperti Menteri Besar (Perdana Menteri atau Orang Kaya Besar), Bendahara, Komandan Militer atau Panglima Angkatan Laut (Laksamana), Sekretaris Kerajaan, Kepala Mahkamah Agama (Qadi) dan beberapa orang Syahbandar yang masing-masing mengepalai dan mengawasi pedagang-pedagang asing yang terdapat di kota-kota atau pelabuhan yang berada di Kesultanan Samudera Pasai.

Menurut catatan M. Yunus Jamil, bahwa pejabat-pejabat yang menjabat di Kerajaan Samudera Pasai adalah terdiri dari orang-orang alim dan bijaksana.

Beberapa nama beserta jabatan-jabatannya adalah:

  • Seri Kaya Saiyid Ghiyasyuddin, menjabat sebagai Perdana Menteri.
  • Saiyid Ali bin Ali Al Makaarani, menjabat sebagai Syaikhul Islam.
  • Bawa Kayu Ali Hisamuddin Al Malabari, menjabat sebagai Menteri Luar Negeri.

Aspek Politik

Kerajaan Samudera Pasai
Sumber Gambar: 4.bp.blogspot.com

Pada masa itu, Kesultanan Samudera Pasai berkembang pesat menjadi pusat perdagangan dan studi Islam. Hal ini ditandai dengan banyaknya pedagang yang datang baik itu dari Benggala, India, Arab, Gujarat, China dan lainnya.

Pada saat masih bediri, kesultanan ini memperluas wilayah kekuasaannya hingga ke daerah pedalaman seperti Balek Bimba, Tamiang, Beruana, Samerlangga dan Buloh Telang. Kemudian berlanjut ke Simpag, Benua, Samudera, Pasai, Perlak, Rama Candhi, Hambu Aer, Pekan dan Tukas.

Dalam rangka Islamisasi, Sultan Malik Al-Saleh akhirnya menikahi seorang putri dari Kerajaan Perlak. Sementara itu, beliau wafat pada tahun 1297 Masehi dan dimakamkan di Kampung Samudera Mukim Blang Me dimana makamnya ini berciri Islam.

Sepeninggal Sultan Malik Al-Saleh, penerus tahta tertinggi Kesultanan Samudera Pasai diteruskan oleh putranya yang bernama Muhammad Malikul Zahir (Malik Al Tahir atau Malik At Tahir).

Sedangkan penerus tahta selanjutnya adalah Sultan Ahmad yang bergelar Sultan Malik Al-Tahir II (1326-1348). Nah, pada masa pemerintahannya ini, Samudera Pasai berkembang dengan pesat serta terus menjalin hubungan baik dengan kerajaan-kerajaan Islam di Arab maupun India.

Dalam catatan kunjungan Ibnu Batutah, terdapat seorang utusan dari Sultan Delhi pada tahun 1345 Masehi bahwa kala itu Samudera Pasai merupakan pelabuhan yang cukup penting dimana istananya disusun dan diatur secara India dan patihnya bergelar Amir.

Pada masa pemerintahan Samudera Pasai selanjutnya, tidak banyak temuan-temuan sejarah yang mengetahuinya. Hal ini karena pada masa pemerintahan Sultan Zaenal Abidin atau Sultan Malik Al-Tahir III juga kurang begitu jelas.

Namun menurut sejarah Melayu, Kesultanan Samudera Pasai diserang oleh Kerajaan Siam. Dengan tidak adanya sejarah yang lengkap, maka keruntuhan Samudera Pasai tidak diketahui secara jelas.

Aspek Sosial Budaya dan Ekonomi

Kerajaan Samudera Pasai
Sumber Gambar: pdfslide.tips

Para pedagang asing yang singgah di Malaka ini pada akhirnya tinggal sementara guna mengurus perdagangan serta berinteraksi dengan penduduk setempat.

Selain berdagang, mereka para pedagang Islam yang berasal dari Gujarat, Arab dan Persia juga sekaligus melakukan penyebaran agama Islam.

Pengaruh Islam di Samudera Pasai ini terlihat dari perubahan aliran Syiah menjadi Syafi’i yang mengikuti perubahan di Mesir. Pada saat itu, negeri Mesir sedang terjadi pergantian kekuasaan dari Dinasti Fatimah yang beraliran Syiah ke Dinasti Mameluk yang beraliran Syafi’i.

Dalam perkembangannya ini, aliran Syafi’i atau Ahlussunah wal Jama’ah di Pasai disesuaikan dengan adat istiadat setempat. Inilah yang menjadikan kehidupan sosial masyarakatnya merupakan campuran Islam dengan adat setempat.

Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kerajaan Samudera Pasai

Kerajaan Samudera Pasai
Sumber Gambar: www.sejarah-negara.com

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan Kesultanan Samudera Pasai, seperti:

  • Letak kerajaan yang strategis, yaitu di dekat selat Malaka yang mana pada saat itu menjadi perlintasan perdagangan internasional sehingga sektor maritim menjadi berkembang.
  • Memiliki hasil bumi rempah-rempah seperti lada dan kemiri yang melimpah sebagai produk ekspor unggulan.
  • Menjalin hubungan erat dengan India dan China. Buktinya adalah ketika Ibnu Batutah sebagai utusan dari India diterima dengan baik serta menerima perlindungan Laksamana Cheng Ho dari China.
  • Dipimpin dan diperintah oleh penguasa yang adil dan bijaksana serta bersikap ramah dan juga terbuka, ini terlihat dari diterimanya utusan India yaitu Ibnu Batutah.

Runtuhnya Kerajaan Samudera Pasai

Kerajaan Samudera Pasai
Sumber Gambar: www.artisanalbistro.com

Menjelang masa-masa akhir pemerintahan Samudera Pasai, terjadilah beberapa perselisihan yang mengakibatkan terjadinya perang saudara. Sulalatus Salatin menceritakan bahwa Sultan Pasai meminta bantuan kepada Sultan Melaka untuk meredam pemberontakan tersebut.

Akan tetapi Kesultanan Samudera Pasai sendiri pada akhirnya runtuh setelah ditaklukkan oleh Portugis di tahun 1521 yang mana sebelumnya Portugis juga telah menaklukkan Malaka pada tahun 1511 Masehi.

Sampai pada akhirnya di tahun 1524 Masehi, Kesultanan Samudera Pasai menjadi bagian dari kedaulatan Kesultanan Aceh Darussalam.

Demikian penjelasan mengenai sejarah Kerajaan Samudera Pasai dari masa berdiri hingga keruntuhannya. Dengan penjelasan ini, semoga dapat menambah wawasan kita seputar sejarah masuknya Islam di Indonesia.

Leave a Reply