Sejarah Wayang Kulit

Sejarah Wayang Kulit – Wayang kulit merupakan salah satu cabang seni pertunjukan di Indonesia dimana perkembangannya terbilang cukup pesat.

Pada tanggal 7 November 2003, UNESCO juga menobatkan wayang sebagai “Masterpiece of Oral and Intagible Heritage of Humanity” atau sebagai warisan mahakarya dunia tak ternilai dalam dunia seni bertutur asli Indonesia sehingga termasuk ke dalam salah satu budaya Indonesia yang mendunia.

Adapun seni pertunjukan wayang sendiri sangat digemari oleh seluruh lapisan masyarakat di Indonesia sehingga pagelaran wayang banyak diadakan ci acara-acara sakral di berbagai daerah di Nusantara.

Sejarah Wayang Kulit dan Perkembangannya di Indonesia

Sejarah Wayang Kulit
id.wikipedia.org

Saat ini wayang kulit tidak hanya terkenal di Indonesia saja, namun juga sudah terkenal hingga ke mancanegara. Maka tak heran jika di luar negeri banyak acara khusus yang menyelenggarakan pagelaran wayang kulit.

Menilik dari sejarahnya, wayang muncul pertama kali pada tahun 1500 sebelum Masehi yang lahir dari para cendekia, yaitu nenek moyang suku Jawa di masa lalu.

Dahulu wayang masih terbuat dari rumput-rumputan yang diikat sehingga bentuknya pun terlihat masih sangat sederhana dan hanya dimainkan untuk sarana ritual pemujaan roh nenek moyang saja yaitu pada saat upacara-upacara adat Jawa.

Sampai pada periode selanjutnya, penggunaan bahan-bahan lain berupa kulit binatang, kulit kayu mulai dikenal sebagai bahan dalam pembuatan wayang kulit.

Ini ditandai dengan ditemukannya wayang kulit tertua yang pernah ditemukan, yaitu berasal dari abad ke 2 Masehi. Perkembangan wayang terus terjadi hingga membuat cerita-cerita yang dimainkan pun semakin berkembang.

Wayang Kulit dan Kebudayaan Hindu Budha

Sejarah Wayang Kulit
derypkc24.blogspot.com

Asal usul wayang kulit sendiri tidak terlepas dari sejarah kesenian wayang secara umum. Hal ini dapat dilihat dari catatan sejarah dimana belum ada bukti kuat yang menjelaskan mengenai adanya kebudayaan wayang sebelum abad pertama.

Ini bertepatan dengan masuknya budaya Hindu Budha ke wilayah Asia Tenggara. Hal ini diperkuat dengan kenyataan jika seni pertunjukan wayang kulit kebanyakan mengangkat cerita Ramayana dan Mahabharata.

Meski itu bukan sebuah standar yang mengikat seorang dalang, namun dalam setiap pertunjukannya, dalang diperbolehkan untuk membuat pertunjukan dari lakon carangan (gubahan).

Budayawan terkenal, Jivan Pani pernah menyatakan pendapat bahwa wayang berkembang dari dua jenis seni. Adapun kesenian ini berasal dari Odisha, India Timur, yaitu Ravana Chhaya. Ravana Chhaya adalah sebuah teater boneka dan juga tarian Chhau.

Berawal dari sini hipotesis baru mulai berkembang, bahwasanya akulturasi kebudayaan India atau China merupakan hal yang mempengaruhi/menciptakan kesenian wayang kulit di Nusantara.

Wayang Kulit di Masa Kerajaan

Sejarah Wayang Kulit
id.wikipedia.org

Salah satu bukti pertama yang ditemukan mengenai seni wayang adalah berbentuk catatan. Catatan ini mengacu pada prasasti yang berasal dari tahun 930.

Dalam prasasti ini tertulis mengenai Galigi Mawayang. Galigi Mawayang merupakan seorang dalang di dalam pertunjukan seni wayang kulit. Hal ini juga senada dengan isi kitab “Kakawin Arjunawiwaha” karya Empu Kanwa di tahun 1035.

Dijelaskan bahwa sosok Galigi merupakan seorang dalang yang cepat serta hanya berjarak satu wayang dari Jagatkarana atau dalang terbesar yang hanya berjarak satu layar dari kita.

Wayang Purwa adalah wayang yang pertama kali dimiliki oleh Sri Jayabaya yang merupakan seorang Raja Kediri di tahun 939 M. Selanjutnya Wayang Purwa dikembangkan oleh Raden Panji pada tahun 1223 M.

Kemudian pada tahun 1283 M, Raden Jaka Susuruh menciptakan wayang berbahan dasar kertas. Wayang ciptaan Raden Jaka ini kemudian dikenal dengan “Wayang Beber”. Hingga kemudian pada tahun 1301 M, Sangging Prabangkara mengembangkan karakter wayang beber yang sesuai dengan adegannya.

Wayang Kulit di Masa Kerajaan Islam

Sejarah Wayang Kulit
ganaislamika.com

Kita pasti mengetahui bahwa Sunan Kalijaga merupakan satu dari sembilan wali yang menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Seorang wali Allah yang memiliki nama asli Raden Said ini lahir pada tahun 1450 M.

Di masa kerajaan Islam, wayang kulit yang ada merupakan karya inovasi dari Sunan Kalijaga yang mana Wayang Beber Kuno yang pada awalnya menggambarkan wujud manusia dengan detail kemudian oleh beliau diubah menjadi lebih samar.

Beberapa karakter wayang seperti Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong merupakan lakon yang diciptakan oleh Sunan Kalijaga.

Lakon-lakon yang diciptakannya ini dibuat sedemikian rupa agar dapat membawa corak Islam di dalam pertunjukan wayang kulit yang mana saat itu masih di dominasi oleh kebudayaan Hindu Budha.

Di masa inilah tercipta beberapa istilah pewayangan yang merupakan serapan atau merujuk pada bahasa Arab, seperti:

  • Dalang, merujuk pada kata “Dalla” yang dapat diartikan sebagai menunjukkan. Beliau memilih kata tersebut dengan tujuan agar dalang dapat menunjukkan kebenaran terhadap para penonton wayang.
  • Tokoh Semar berasal dari kata “Simaar” yang memiliki arti paku. Dipilihnya kata tersebut adalah agar tokoh Semar dapat menjadi inspirasi orang agar memiliki karakter iman yang kuat dan juga kokoh seperti halnya paku.
  • Gareng, berasal dari kata “Qariin” yang mana artinya adalah teman. Raden Said memilih kata tersebut bertujuan agar seorang muslim harus pandai dalam mencari teman untuk diajak ke jalan kebaikan.
  • Petruk berasal dari kata “Fat-ruuk” yang memiliki arti tinggalkan. Maksud dari kata tersebut adalah bertujuan bahwa tokoh Petruk secara tidak langsung memberitahukan kepada kita bahwa seseorang wajib meninggalkan apa yang disembah selain Allah SWT.
  • Terakhir adalah Bagong. Bagong sendiri berasal dari kata “Baghaa” dimana dapat diartikan menjadi berontak. Beliau memilih kata ini agar seorang muslim wajib memberontak ketika melihat kedzaliman yang ada di hadapannya.

Jenis-jenis Wayang Kulit di Indonesia

Sejarah Wayang Kulit
klubanet.files.wordpress.com

Terdapat banyak jenis wayang kulit yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia dimana di setiap daerahnya memiliki ciri khas yang berbeda-beda.

Berikut adalah jenis-jenis wayang kulit yang ada di Indonesia:

  • Wayang kulit Gagrag (Yogyakarta)
  • Wayang kulit Cengkok (Kedu)
  • Wayang kulit Cirebon (Jawa Barat)
  • Wayang kulit Madura
  • Wayang kulit Betawi (Jakarta)
  • Wayang Siam
  • Wayang kulit Bali
  • Wayang kulit Banjar (Kalimantan Selatan)
  • Wayang kulit Palembang (Sumatera Selatan)

Dalang Wayang Kulit Legendaris di Indonesia

Sejarah Wayang Kulit
ceknricek.com

Indonesia sendiri memiliki banyak dalang kondang bahkan menjadi legenda yang pernah mencapai puncak kejayaan baik itu yang masih hidup maupun yang sudah meninggal. Di antaranya adalah:

  • Ki Anom Suroto (gaya Solo)
  • Ki Soeparman (gaya Yogyakarta)
  • Ki Agus Wiranto
  • Almarhum Ki Manteb Soedarsono (gaya Solo)
  • Almarhum Ki Narto Sabdo (Semarang, gaya Solo)
  • Almarhum Ki Enthus Susmono (Tegal)
  • Almarhum Ki Sugino Siswocarito (gaya Banyumas)
  • Almarhum Ki Tristuti Rachmadi (Solo)
  • Almarhum Ki Surono (Banjarnegara, gaya Banyumas)
  • Almarhum Ki Hadi Sugito (Kulonprogo, Yogyakarta)
  • Almarhum Ki Timbul Hadi Prayitno (Yogyakarta)
  • Almarhum Ki Suleman (gaya Jawa Timur)

Sebenarnya terdapat masih banyak lagi dalang legendaris di Indonesia, namun dalam hal ini kita hanya menjelaskan beberapa saja.

Nah, demikianlah penjelasan mengenai sejarah wayang kulit lengkap beserta perkembangannya di Indonesia. Semoga artikel kali ini bermanfaat bagi kita semua.

Leave a Reply